Kenapa tega-
kau injakkan kaki
di atas tubuh remukku,
kau buat keping jisimku-
hancur,
menangis darah,
menghirup aroma neraka
hatiku sakit,
tergores tingkahmu.
Tega benar hatimu
padahal,
dengan penuh hati
aku mencintaimu
kenapa harus engkau balas-
dengan campakan kapak-pula
perih,
benarkah sabda hatimu itu
“kau mencintaiku?”
Semua manusia faham,
cinta antara budakdan majikan,
dan,
tetes darah ini,
ku persembahkan untukmu,
cinta abadiku Ummi, aku mencintaimu
maafmu kupinta,
bila cintaku padamu
tak menyetarai cintamu padaku.
Satu kata kini harus ku muntahkan
sebagai luapan isi hati,
Ummi, “aku merindumu”
0 komentar:
Posting Komentar